Suka Duka Diklatsar
Menwa ITB/Yon 1
Pada hari ini, selasa tanggal xx Juni 2009, perjalananku dimulai…
Aku berangkat dari rumah jam 8 pagi untuk berkumpul jam 10 di Mako
(Markas Komando).Aku naik motor diantar kakak. Namun tragedi menimpa,
ban motor pecah sehingga terpaksa naik angkot. Tahukah kamu bagaimana
perasaanku?? Mengenakan pakaian dan sepatu PDL di dalam angkot dan
membawa ransel dengan ponco yang terikat kemudian harus jalan dari depan
Unpad sampai ITB…Itu pengalaman yang tak terbayangkan…dilihat banyak
orang…mungkin mereka kira aku ini mahkluk hijau berkepala botak…heheh
Aku berangkat menuju Dodik Bela Negara di Cikole Lembang naik truk tronton milik tentara…
”Bangun!!! Bangun !!!”
”Cepat turun,,,lari…lari!!!”
Itu suara pertama yang terdengar saat sampai di tempat tujuan…kami
disuruh lari, berbaris, berguling-guling, hingga harus merangkak di
lapangan bekas lahan perkebunan yang sudah dipanen…
Dan ternyata bukan itu tempat latihan yang sebenarnya…kami masih
harus jalan kaki dengan membawa perlengkapan yang berat di punggung ini…
Malam pertama di Dodik Bela Negara…
Kami diberi tahu peraturan selama ada disana dan satu catatan penting…
”JIKA MAU ENAK,, TURUTI SAJA PERINTAH PELATIH!!!”
Itu hal yang selalu diulang-ulang dan merupakan suatu pegangan yang
penting saat latihan karena jika tidak menurut, bersiaplah menerima
konsekuensinya…ihh,,,seree…eem!!
Hari pertama latihan…
”dorr,,,dorrr,,,”
”ayo!! Semua ikuti bendera ini…”
”Jongkok… berdiri… lari… jongkok… jalan jongkok… tiarap…berdiri… tiarap… merangkak”
Bunyi letupan senjata mengawali latihan pertama kami…
Hari itu kami harus mengikuti bendera dan melakukan gerakan-gerakan sesuai aba-aba dari pelatih…
Itu hari yang sangat berat…
Gerah,,,panas,,,haus,,,dan semua itu hilang ketika pelatih menyuruh
kami semua masuk ke dalam kolam yang sudah tidak jelas warna dan
baunya…dan seluruh badan harus basah tanpa terkecuali.
Selanjutny kami pergi keluar Dodik, jalan kaki, lari, merangkak,
jalan jongkok, dan yang paling berkesan adalah saat kami harus jalan
disungai…bukan sembarang sungai, melainkan sungai tempat pembuangan
kotoran hewan ternak disana…sungai berwarna hijau sehijau pakaian PDL
ini.
Hari kedua latihan dan hari-hari berikutnya…
Hari kedua, semua siksaan pada hari pertama tidak terulang kembali.
Kami menerima materi mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali…
Jam 5 pagi harus sudah berlari mengelilingi asrama tentara
dilanjutkan senam senapan dan pembinaan fisik…push up, sit up, dan
mengangkat kaki 900, 450,dan 150 terhadap badan kami (kaki harus lurus!!)
Kemudian kami punya waktu untuk mengenakan pakaian dan persiapan
makan pagi…dan lagi-lagi siksaan mulai terjadi…kami harus menghabiskan
makanan dalam 10 HITUNGAN!!! Jika belum selesai maka bersiap posisi push
up 1 seri (10 kali). Setelah itu, makanan harus dihabiskan dalam 5
HITUNGAN!!! Jika masih belum habis, push up lagi 1 seri…setelah selesai
makan pun, dalam 10 hitungan tempat makan harus sudah dibersihkan dan
sudah siap mengenakan ransel (saat latihan, semua isi ransel telah
dikeluarkan dan diisi pasir kira-kira 5 Kg) dan memegang senapan
(senapan tidak boleh berjarak lebih dari 2 meter dari badan kami dan
beratnya 4,8 Kg)…Persiapan apel pagi untuk mengawali setiap kegiatan di
Dodik Bela Negara.
Berikutnya kami menerima materi hingga jam 12 di aula
Sudirman…sholat…dan kembali mengenakan ransel dan senapan untuk bersiap
Binsik (Pembinaan fisik) siang…kami lari mengelilingi asrama tentara dan
latihan fisik lainnya…push up, sit up, dan mengangkat kaki…setelah
selesai,, Persiapan makan siang dengan peraturan yang sama seperti makan
pagi…
Setelah makan siang, masuk ke materi berikutnya hingga makan malam
(terkadang diberi waktu untuk sholat 15 menit)…makan malam seperti
halnya makan pagi dan siang, harus habis tepat waktu…kembali lagi ke
Aula Sudirman untuk menerima materi malam…
Kembali ke lapangan sekamir jam 9 untuk Binsik malam…dilanjutkan Apel
malam sebagai evaluasi dan penutup kegiatan hari ini di Dodik Bela
Negara…kembali ke barak dan menerima hukuman lagi karena kegiatan yang
dilakukan pada hari ini terlalu sering korupsi waktu alias TELAT!!!
Malam hari bukan berarti bisa tidur nyenyak tapi kami harus bertugas bergantian menjaga serambi…jika sampai KETIDURAN???
ALARM berbunyi!!!
”Dorrr,,,dorrr!!”
”Semua bangun,,,bawa semua perlengkapan,,,cepat ambil posisi ke lapangan!!”
Semua tergesa-gesa lari ke lapangan…ada yang cuma bawa senjata, ada
yang tidak bawa apa-apa, ada yang belum pake sepatu, dan Aku adalah
siswa yang paling susah dibangunkan…2 kali tembakan di samping tempat
tidur, tidak membuatku terbangun…HUKUMAN kembali dilaksanakan… kira-kira
jam 1 pagi, kami semua harus turun ke kolam dan membasahi seluruh tubuh
tanpa terkecuali…dan semua berlalu hingga fajar berikutnya tiba…
Semua ini berlangsung selama 8 hari di Dodik Bela Negara, Cikole,
Lembang…dan pada hari terakhir di Dodik, hari ke-9, kami harus
melaksanakan ujian atas materi-materi yang sudah didapatkan selama 8
hari di Dodik Bela Negara mulai dari Bela Diri Militer (BDM), Navigasi
Darat (Navrat), Membongkar dan Merakit Senapan M16 A1 dan masih banyak
lagi…
Hari-hari berikutnya adalah 7 hari perjalanan kami dari Lembang ke pantai di Subang…
4 hari kami berjalan menjelajahi perkebunan teh dan hutan-hutan…hari
pertama kami masih berada di perkebunan teh dan malam harinya kami harus
membuat tenda dengan menggunakan ponco dan masak makanan sendiri…kami
cuma diberi beras, 2 butir telur, ikan asin, dan 3 bungkus mie
instant…kami diberi parafin dan korek untuk memasak (terkadang minyak
tanah)…malam hari di perkebunan teh, kami harus mencari ranting-ranting
sebagai kayu bakar, dan tidak boleh menyalakan senter dan api di malam
hari…alasannya, nanti akan ketahuan oleh musuh…sehingga itu menjadi
makanan paling kacau yang aku makan…nasi yang masih ada berasnya, telur
yang belum mateng benar,dan yang paling ngeri adalah porsi makan yang
sangat sedikit, jauh berbeda saat di Dodik…
Ada ALARM!!!
”dorrr,,dorrr!!”
”semua cepat bangun,,bereskan ponco,,dan pakai semua perlengkapan!”
”Posisi kalian telah ketahuan musuh!!”
Pagi-pagi buta, kami harus kembali berjalan dan sekarang menuju
hutan…karena katanya posisi sudah ketahuan, kami harus Tidur Kalong…naik
pohon, pakai tali sebagai pengaman, dan tidur diatas pohon. Sampai
terdengar suara adzan subuh, kemudian kami dibangunkan dan disuruh jalan
lagi…
”Musuh telah mengepung hutan”
”logistik terputus dan kalian harus bertahan di hutan sampai musuh pergi”
Itu adalah kalimat yang keluar dari Danki (Komandan Kompi) kami yang mengisyaratkan untuk SURVIVAL di hutan…gila…
Hari kedua kami cuma makan sisa beras tadi malem dan makan batang
pisang…di sana kami sempat menemukan bunga yang rasanya manis tapi
konsekuensinya kami harus menahan gatal-gatal akibat bulu-bulu pada
pohon, dahan, dan ranting bunga itu…
Hari ketiga kami mengumpulkan batang pisang yang banyak agar bisa
dimakan bersama-sama…dan setelah kami selesai makan, datanglah para
pelatih membawa ular Sanca yang sangat besar untuk dimakan…tanpa pikir
panjang setelah mendengarkan instruksi dari pelatih, kami potong kepala
ular, keluarkan semua darahnya, menguliti, dan mengeluarkan organ
dalamnya untuk dibuang dan dikubur…daging ular tadi dipotong-potong dan
digoreng…dalam sekejap saja semua goreng ular hanya tinggal tulang
belulang…dan itu menjadi pengganjal perut yang paling nikmat pada saat
itu…LUAR BIASA!!
Hari keempat, kami keluar dari hutan karena musuh telah pergi dan
mendapat tugas untuk menuju 2 pos dan tidak boleh melewati jalan
besar…Pos pertama harus dicapai hanya dengan menggunakan kompas… namun
kenyataannya kami sering bertanya kepada warga dan hal ini ketahuan oleh
pelatih sehingga semua mendapatkan hukuman di pos pertama… Pos kedua
harus dicapai dengan menggunakan peta… sama halnya ketika mencari pos
pertama, kami banyak bertanya kepada warga. Karena kami kehabisan waktu,
pelatih menyuruh kami melewati jalan besar dan akhirnya kembali
mendapatkan hukuman di pos kedua…
Hari berikutnya adalah hari paling berat…LONG MARCH…kami harus
berjalan sejauh 34 Km di jalan besar dengan membawa ransel dan senapan
dari jam 7 pagi sampai dengan jam 5 sore…kami hanya istirahat pada waktu
Dzuhur untuk sholat jama’ dan makan siang…dan kembali berjalan
lagi…sesampainya di tujuan, beristirahat sebentar, dan langsung naik
truk menuju pos selanjutnya di tambak ikan…
Hari keenam…H-1 sebelum pelantikan…kami harus berbasah-basahan dari
pagi sampai sore di tambak…kondisi fisik sudah semakin menurun tapi kami
tetap semangat dengan memikirkan ”TINGGAL 1 HARI LAGI!!”. Malam itu
menjadi malam terakhir dan malam yang paling tidak nyaman karena semua
pakaian basah dan kulit mulai gatal-gatal…
Hari H…hari ke-16…pagi-pagi buta, kami dibangunkan dan disuruh
berjalan…kemudian harus merayap sepanjang jalan kecil kemudian disuruh
berdiri, dan berjalan lagi menuju pantai…Mulai memasuki pantai berpasir,
kami berjalan jongkok hingga terlihat ombak di depan lalu disuruh
berdiri untuk berjalan lagi…Sebelum mencapai tepian pantai, kami sudah
disuruh merayap lagi menuju tepian pantai yang terkena sapuan ombak…kami
marayap ditepian pantai dan sesekali badan ini tersapu ombak…kami
merayap sambil menyanyikan lagu ”Bagimu Negeri” kemudian merangkak
sambil menyanyikan lagu ”Syukur” dan berdiri untuk mencium Sang Merah
Putih…Hingga sampailah di sebuah gundukan kayu, kami berdiri membentuk
lingkaran dan dinyalakanlah tumpukan kayu tadi…Semua merasakan hanyatnya
api dari kayu yang terbakar dan mendengar lagu penyambutan anggota baru
dari para pelatih kami…Kami telah menyelesaikan 16 hari yang sangat
berat dan akan segera dilantik mendapatkan BARET UNGU…Sekamir jam 10
pagi saat kami melaksanakan apel pagi sekaligus penutupan Diklatsar,
kami dapat melihat orang tua kami berdatangan dan melihat anak-anak
mereka yang tercinta sedang berbaris dengan gagah mengenakan seragam
PDL, ransel dipunggung, dan senapan di dada…Saat paling berbahagia
adalah ketika Ibuku memakaikan baret ungu di kepalaku…Itulah tanda
berakhirnya Diklatsar Menwa ITB/YON 1 dan berakhirnya pula cerita ini…
Inilah tulisanku, Wagus Ginanjar, Siswa, Nomor Siswa 16…
Q.E.D.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar